Headline

  • Kongres IMABA 2
  • Rapat IMABA di Arek Lancor
  • Cangkruk, Bro....!
  • Ngumpul lagi, Man....!

Followers

PERSIMPANGAN ; Sebuah Renungan


By; CoeL W. Bush

Suatu waktu aku temukan secarik kertas buram yang sama sekali tidak begitu dianggap sebagai apa-apa. Aku coba untuk membacanya, ternyata isi dari lembaran itu merupakan sesuatu yang sangat dan begitu berharga tentang hidup yang sedang aku jalani. Maklumlah aku merupakan seseorang yang paling gemar keluyuran dan penyebanya belum aku temukan sampai saat ini. Tulisan itu berbunyi ;

“Jalan menuju bahagia & sukses tidak selalu lurus; ada tikungan bernama kegagalan, ada bundaran bernama kebingungan, ada tanjakan bernama teman, lampu merah bernama musuh, lampu kuning bernama keluarga, engkau akan mengalami ban kempes & pecah. Itulah hidup. Tapi jika engkau membawa ban serep bernama tekat, mesin bernama ketekunan dan asuransi bernama iman serta pengemudi bernama “Tuhan”. Maka sampailah engkau dikawasan yang disebut Sukses & Bahagia. Dan itulah jalan lurus.”

Aku renungkan hasil temuan itu, akupun sedikit tergugah sehingga memiliki suatu kesimpulan, “bahwa hidup butuh yang namanya pengorbanan, pengorbanan butuh suatu perjuangan, perjuanganpun membutuhkan sebutir ketabahan, tidak cukup sekedar tabah melainkan ketabahan itu juga harus didukung sebuah keyakinan, sehingga sebuah keyakinanlah yang akan menentukan kesuksesan dan kesuksesan itu akan menuntuk pada kebahagiaan dalam hidup yang dijalani”.

Hidup tidaklah cukup dengan sekedar ratapan, suatu kenangan fiktif dan perlu dipertanyakan lagi keasliannya, jika masih meyakini bahwa hidup laksana panggung ketoprak, teaterikal atau yang lainnya. Semestinya dalam melihat kehidupan ini sekedar menggambarkan tentang sesuatu yang dianggap sebagai sebuah keyakinan, sebab keyakinanlah yang akan menuntun pada jalan dimana kita berproses, laksana kemarin sebagai sebuah kenangan yang patut dijadikan sebagai tauladan dan tolak ukur dalam melangkah, dan hari ini sebagai suatu kenyataan yang harus dihadapi dan berkhayal tentang hari esok laksana sebuah harapan dengan segala kemungkinannya.

Yakinlah, bahwa saat ini kita sedang menjalani proses yang bernama hidup, yang mana membutuhkan segala sesuatu dari bagian yang aku miliki, tidak tepat bila selalu termenung dan merenung, akan tetapi menjalaninya merupakan solusi cerdas dalam melangkah sehingga tidak tertinggal tentang sesuatu yang seharusnya dihadapi. Tangisan dan ratapan biarkan berlalu, sebab kita melangkah bukan untuk hari kemarin melainkan untuk hari ini dan hari esok.

1 komentar:

Pujangga Kesasar mengatakan...

Hahaha...
Kok jadi melankolis gitu hai...?

Ya, hidup itu proses, brow...Meminjam istilah Hadi s. Khuli, hidup itu adalah butir-butir tasbih. Kalau hanya satu aspek dan satu term, itu mah bukan hidup....

Salam...

Posting Komentar