Headline

  • Kongres IMABA 2
  • Rapat IMABA di Arek Lancor
  • Cangkruk, Bro....!
  • Ngumpul lagi, Man....!

Followers

IMABA; Organisasi atau Paguyuban??

(Telaah Kritis Terhadap Eksistensi IMABA Pasca Kongres Nasional II Di Surabaya)

Oleh : Zainollah

Memang, publik sudah mulai penasaran dengan eksistensi IMABA yang selama ini sudah booming baik tingkat regional maupun nasional. Prestasi awal yang didapatkan IMABA pasca Kongres & Pelantikan setelah IMABA adalah mampu mendatangkan orang nomor 1 di Jawa Timur (Dr. Soekarwo & Drs. Syaifullah Yusuf) dan orang nomor 1 di partai yang berlambangkan matahari yang booming dengan jargonnya “Hidup adalah Perbuatan” (Soetrisno Bachir) sehingga, publik sangat antusias dan melirik IMABA sebagai organisasi besar dan profesional. Namun, bagaimanapun juga itu sudah berlalu dan sudah tertutup rapat-rapat oleh orang banyak dikarenakan, IMABA sudah lama stagnan dan tidak lagi mucul ke publik pasca kegiatan itu. Orang bertanya-tanya Kemana IMABA? Apakah IMABA betul-betul organisasi atau organisasi kebetulan??

Pertanyaan seperti itu sudah lama terdengar di telinga orang-orang di internal IMABA, namun sampai detik ini IMABA masih diam dan bisu sehingga tidak jelas arahnya. Realitas membuktikan bahwa IMABA telah banyak kehilangan moment-moment penting yang seharusnya IMABA ada di barisan depan dengan pernyataannya sebagai organisasi mahasiswa yang akan selalu memberikan kontribusi besar terhadap kaum muslimin di Indonesia dan Dunia. Apalagi kondisi sosial sekarang ini sudah mulai semakin memanas mengingat akan digelarnya pesta demokrasi; pemilihan calon legislatif dan presiden 2009-2014 yang sangat memungkinkan masyarakat untuk bertanya-tanya lagi eksistensi IMABA.

Sudah tidak layak lagi bagi organisasi besar seperti IMABA tidak mempunyai program yang jelas. Narasi awal yang dibentuk pada kongres II di Surabaya seakan-akan hanya menjadi keputusan yang tidak bermakna dan sia-sia. Kebangkitan IMABA sangat dinanti oleh banyak orang termasuk mahasiswa di seluruh perguruan tinggi. Jika IMABA tidak mampu bergerak dan tidak punya konsep gerakan yang jelas maka, IMABA tidak ada bedanya dengan paguyuban yang hanya jadi tempat orang nongkrong dan ngobrol basi-basi happy go lucky.

Apakah mungkin dikarenakan IMABA terlalu luas untuk mengidentitaskan diri sebagai organisasi nasional sehingga, hal itu menjadi penghambat berjalannya program kerja yang dibentuk pada kongres di Surabaya kemarin? Kalau memang demikian lebih baik IMABA tidak usah menjadi organisasi nasional, regional saja!. Kalau waktu seperti sekarang ini IMABA tetap diam maka, sama halnya membiarkan negara dan masyarakat ditindas sementara, gerakan IMABA masih ditunggu oleh masyarakat luas kecuali kalau memang benar bahwa IMABA adalah bukan organisasi tetapi paguyuban.

Untuk membangun kembali kebersamaan dan kegiatan yang objective maka, perlu adanya evaluasi di internal IMABA dan mengkaji kembali AD/ART IMABA karena, seluruh kebijakan dan arah kemana IMABA akan bergerak sudah tercantum dalam GBHO. Penulis hanya berharap IMABA adalah betul-betul menjadi oraganisasi yang betul-betul organisasi.


Ttd :
Pemerduli IMABA

2 komentar:

Abdullah Blogspot mengatakan...

Yo embok Mikir brow......! mosok semuanya harus serba tegang, santai kale.......!

Doel Majid mengatakan...

apah beih...he....
asal bermanfaat aja bagi semuanya...

Posting Komentar