Headline

  • Kongres IMABA 2
  • Rapat IMABA di Arek Lancor
  • Cangkruk, Bro....!
  • Ngumpul lagi, Man....!

Followers

Hitam Putih Peran Ulama & Santri Dalam Peradaban Bangsa


Oleh: Abdullah*

Hampir 64 tahun Negara Kesatuan Rebulik Indonesia memproklamirkan dirinya sebagai sebuah Negara yang merdeka dan berdaulat, sejarah besar ini tidak akan pernah terlepas dari peran para pejuang pendahulu negeri ini dalam mempertahankan ibu pertiwi dari penjajahan bangsa Belanda selama kurun waktu 350 tahun lamanya, bukanlah suatu hal yang mudah untuk mengangkat martabat bangsa ini didepan bangsa-bangsa lain akan tetapi membutuhkan perjuangan dan pengorbanan baik jiwa, raga dan harta.

Sejarah mencatat bahwa dalam perjuangan yang dilakukan oleh para pendahulu negeri ini dalam pencapaian kemerdekaan ulama’ dan santri mempunyai andil yang cukup besar dalam kancah peperangan melawan para perusak bumi kaum belanda dan sekutunya, kita ambil contoh Sunan Ampel, Cut Nyak Dien, Pangeran Diponogoro, Bung Tomo dan sederetan nama-nama lainnya, mereka semua adalah santri-santri yang rela mati demi kemerdekaan Negara Republik Indonesia ini.

Hal diatas menunjukkan bahwa sebenarnya Ulama’ dan Santri bukan hanya komonitas yang hanya mampu melahap kitab kuning dan hukum-hukum syari’at saja akan tetapi selain itu mereka mempunyai semangat juang tinggi dan nasionalisme yang tak dapat diabndingkan dengan orang-orang yang selama ini memproklamirkan dirinya sebagai seorang atau kelompok yang cinta tanah air, cinta persatuan, cinta kedamaian dan cinta terhadap kehormatan negerinya, jadi salah besar ketika saat ini orang hanya percaya bahwa santri dan ulama’ hanya mampu memberikan sebuah konsep keagamaan tanpa mampu membrikan sumbangsih pada bumi katulistiwa ini.

Yang mungkin lebih ironis adalah ketika media menggembar-gemborkan bahwa pesantren (santri dan ulama’ sebagai pelaku tentu masuk didalamnya) hanyalah tempat berkumpulnya para teroris yang selalu di awasi gerak-geriknya, bahkan kalau perlu aspirasi dan pemikiran mereka tentang Negara seakan-akan dikebri, sehingga ruang gerak mereka hanya berlaku ketika undang-undang sudah tidak mampu memberikan solusi -bahkan kadang membuat masalah- dalam menuntaskan permasalahan rakyat yang kian hari kian kronis, kita lihat saja ketika undang-undang tidak mampu membendung maraknya aksi Golput oleh masyarakat yang merasa tidak puas akan kepemimpinan wakil-wakil mereka, disaat itu ulama, ambil bagian menyuarakan hukum haram bagi pelaku golput untuk pemilu kali ini. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa ulama’ dan santri hanya dibutuhkan ketika pemerintah sudah tidak mampu lagi menghadapi rakyat.

Tindakan yang benar seharusnya adalah sinergifitas antara pelaku negeri ini dan tokoh-tokoh ulama’ dalam segala hal harus selalu terjalin, karena dengan demikian hubungan simbiosis mutualis antara agama (ulama’) dan Negara (pelakunya) seperti telah dicetuskan oleh tokoh-tokoh sosiologi akan dapat terwujud secara nyata.
Pasca kemerdekaan pun peran ulama’ dan santri patut diperhitungkan, dalam dunia politik untuk membangun negeri tercinta ini, pada tahun 1971 partai islam yang dipelopori oleh kiai mampu menampung aspirasi masyarakat, sehingga partai ini mampu menempati urutan kedua dalam pemilihan umum tahun itu, pada pemilu sebelumnya pun peran kiai dalam pemilihan umum sanagt begitu besar, tepatnya tahun 1955, mereka para ulama’ mampu menunjukkan bahwa umat Islam di Indonesia ini masih berada diatas agama-agama lain, pun demikian ketika semua ulama’ bersepakat membuat kebijakan bahwa ualama’ dan umat Islam harus bersatu dalam satu partai, kembali mereka menunjukkan eksistensi mereka bukan hanya sebagai orang ahli fikir akan tetapi dalam penentuan nasib Negara pun mereka bisa ambil bagian hal ini terjadi ketika Pemilu tahun 1979, terus berlanjut, hingga akhirnya pasca digulingkannya Rezim Orde Baru dan Rezim reformasi pun menggema diseantero bumi pertiwi ini para ulama kembali membuat gebrakan baru dengan terbentuknya partai baru (selain partai yang sebelumnya) sebagai wadah tempat berlabuhnya para insan pesantren yang mempunyai keinginan kuat untuk membangun negeri, dan ternyata diluar dugaan para pengamat politik partai yang baru terbentuk ini mampu menempati urutan ke tiga pemiulu tahun itu hingga mampu menobatkan salah satu kadernya kekursi nomor satu negeri ini.
Dapat dibayangkan ketika para ulama’ dan santri tidak ambil bagian dalam penentuan nasib bangsa yang hampir 90 persen penduduknya adalah umat Islam, kemungkinan yang dapat kita rasakan adalah cerai berai bahkan pertentangan antar kelompok pun pasti tidak terelakkan lagi, bukankah ketika hal itu terjadi sama saja kita lupa tugas utama kita terlahir kedunia ini.

Sekarang pertanyaannya adalah apakah ualama’ (yang mengaku dirinya sebagai ulama’) semuanya sama dengan ulama’ yang sebenarnya? Apakah orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai manifestasi gerakan umat Islam dengan gampang menyatakan bahwa ketika kita ikuti apa yang ia katakan surga terjamin untuk kita, keselamatan, ketenagan pun dengan gampang ia janjikan pada setiap orang yang mendukungnya padahal sebenarnya itu hanyalah untuk kepentingan peribadi atau kelompoknya semata? (silahkan lihat Jawa Pos Edisi Senin 30 Maret hal. 2)

Hal yang tentu menguntungkan bagi negeri ini adalah bahwa rakyatnya masih tunduk dan patuh pada pemimpin agamanya yang pada kebanyakan literature dikatakan sebagai kelompok Polimorphik Paternalistik, coba kita bayangkan ketika penganut agam Islam Indonesia ini adalah umat yang anarkis sudah barang tentu ulama’ adalah orang terdepan yang akan memimpin masyarakat untuk melawan negeri yang sudah tidak nampak lagi wujudnya ini.
Oleh karena itu berfikirlah kawan!!!!!!!!!! Wallahu A’lam Bis-Showab

“Hidup ini laksana perlombaan, pemenang selalu identik dengan pujian, penghargaan, bahkan kadang dikultuskan, yang kalah akan selalu mendapatkan cemoohan dan hinaan” : kata bijak hati makhluk hina

*Penulis adalah seorang pemuda yang selalu bercita-cita menjadi orang kaya yang selalu ada buat masyarakat sekitarnya, salah satu tikus kecil penghuni yang bersarang di Base camp IMABA

1 komentar:

IMABA PAMEKASAN mengatakan...

Monggo komentarnya....

Posting Komentar