Headline

  • Kongres IMABA 2
  • Rapat IMABA di Arek Lancor
  • Cangkruk, Bro....!
  • Ngumpul lagi, Man....!

Followers

Ucapan Selamat

5 komentar

Selamat & Sukses atas dilantiknya Ketua Umum & Sekretaris Umum IKABA 2009-2014
Ach. Ruslan Dimyathi & R. Abdullah Faqih

Semoga senantiasa mampu mengemban amanah dengan baik.

a/n ; Pengurus IMABA Pusat

RAHASIA PUASA

0 komentar

Oleh ; Coel Ipins

Sebagai muslim yang sejati, kedatangan dan kehadiran Ramadhan yang mulia pada tahun ini merupakan sesuatu yang amat membahagiakan kita. Betapa tidak, dengan menunaikan ibadah Ramadhan, amat banyak keuntungan yang akan kita peroleh, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat
kelak.
Disinilah letak pentingnya bagi kita untuk membuka tabir rahasia puasa sebagai salah satu bagian terpenting dari ibadah Ramadhan.
Dr. Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Al Ibadah Fil Islam mengungkapkan ada lima rahasia puasa yang bisa kita buka untuk selanjutnya bisa kita rasakan kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan.
1. Menguatkan Jiwa
Dalam hidup hidup, tak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh hawa nafsunya, lalu manusia itu menuruti apapun yang menjadi keinginannya meskipun keinginan itu merupakan sesuatu yang bathil dan mengganggu serta merugikan orang lain. Karenanya, di dalam Islam ada perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu yang bersifat duniawi. Manakala dalam peperangan ini manusia mengalami kekalahan, malapetaka besar akan terjadi karena manusia yang kalah dalam perang melawan hawa nafsu itu akan mengalihkan penuhanan dari kepada Allah Swt sebagai Tuhan yang benar kepada hawa nafsu yang cenderung mengarahkan manusia pada kesesatan.
Allah memerintahkan kita memperhatikan masalah ini dalam firman-Nya yang artinya: Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya. (QS 45:23)
Dengan ibadah puasa, maka manusia akan berhasil mengendalikan hawa nafsunya yang membuat jiwanya menjadi kuat, bahkan dengan demikian, manusia akan memperoleh derajat yang tinggi seperti layaknya malaikat yang suci dan ini akan membuatnya mampu mengetuk dan membuka pintu-pintu langit hingga segala doanya dikabulkan oleh Allah Swt, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak doa mereka: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan doa orang yang dizalimi. (HR. Tirmidzi)

2. Mendidik Kemauan
Puasa mendidik seseorang untuk memiliki kemauan yang sungguh-sungguh dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh berbagai kendala. Puasa yang baik akan membuat seseorang terus mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang untuk menyimpang begitu besar. Karena itu, Rasulullah Saw menyatakan: Puasa itu setengah dari kesabaran.
Dalam kaitan ini, maka puasa akan membuat kekuatan rohani seorang muslim semakin prima. Kekuatan rohani yang prima akan membuat seseorang tidak akan lupa diri meskipun telah mencapai keberhasilan atau kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan kekuatan rohani juga akan membuat seorang muslim tidak akan berputus asa meskipun penderitaan yang dialami sangat sulit.

3. Menyehatkan Badan
Disamping kesehatan dan kekuatan rohani, puasa yang baik dan benar juga akan memberikan pengaruh positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak hanya dinyatakan oleh Rasulullah Saw, tetapi juga sudah dibuktikan oleh para dokter atau ahli-ahli kesehatan dunia yang membuat kita tidak perlu meragukannya lagi. Mereka berkesimpulan bahwa pada saat-saat tertentu, perut memang harus diistirahatkan dari bekerja memproses makanan yang masuk sebagaimana juga mesin harus diistirahatkan, apalagi di dalam Islam, isi perut kita memang harus dibagi menjadi tiga, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air dan sepertiga untuk udara.

4. Mengenal Nilai Kenikmatan
Dalam hidup ini, sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia, tapi banyak pula manusia yang tidak pandai mensyukurinya. Dapat satu tidak terasa nikmat karena menginginkan dua, dapat dua tidak terasa nikmat karena menginginkan tiga dan begitulah seterusnya. Padahal kalau manusia mau memperhatikan dan merenungi, apa yang diperolehnya sebenarnya sudah sangat menyenangkan karena begitu banyak orang yang memperoleh sesuatu tidak lebih banyak atau tidak lebih mudah dari apa yang kita peroleh.
Maka dengan puasa, manusia bukan hanya disuruh memperhatikan dan merenungi tentang kenikmatan yang sudah diperolehnya, tapi juga disuruh merasaakan langsung betapa besar sebenarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita. Hal ini karena baru beberapa jam saja kita tidak makan dan minum sudah terasa betul penderitaan yang kita alami, dan pada saat kita berbuka puasa, terasa betul besarnya nikmat dari Allah meskipun hanya berupa sebiji kurma atau seteguk air. Disinilah letak pentingnya ibadah puasa guna mendidik kita untuk menyadari tinggi nilai kenikmatan yang Allah berikan agar kita selanjutnya menjadi orang yang pandai bersyukur dan tidak mengecilkan arti kenikmatan dari Allah meskipun dari segi jumlah memang sedikit dan kecil. Rasa syukur memang akan membuat nikmat itu bertambah banyak, baik dari segi jumlah atau paling tidak dari segi rasanya, Allah berfirman yang artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasati Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS 14:7)

5. Mengingat dan Merasakan Penderitaan Orang Lain
Merasakan lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Sebab pengalaman lapar dan haus yang kita rasakan akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir. Dari sini, semestinya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kita kepada kaum muslimin lainnya yang mengalami penderitaan yang hingga kini masih belum teratasi, seperti penderitaan saudara-saudara kita di Ambon atau Maluku, Aceh dan di berbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya seperti di Chechnya, Kosovo, Irak, Palestina dan sebagainya.
Oleh karena itu, sebagai simbol dari rasa solidaritas itu, sebelum Ramadhan berakhir, kita diwajibkan untuk menunaikan zakat agar dengan demikian setahap demi setahap kita bisa mengatasi persoalan-persoalan umat yang menderita. Bahkan zakat itu tidak hanya bagi kepentingan orang yang miskin dan menderita, tapi juga bagi kita yang mengeluarkannya agar dengan demikian, hilang kekotoran jiwa kita yang berkaitan dengan harta seperti gila harta, kikir dan sebagainya.

Allah berfirman yang artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 9:103)

Sambut dengan Gembira
Karena rahasia puasa merupakan sesuatu yang amat penting bagi kita, maka sudah sepantasnyalah kalau kita harus menyambut kedatangan Ramadhan tahun ini dengan penuh rasa gembira sehingga kegembiraan kita ini akan membuat kita
bisa melaksanakan ibadah Ramadhan nanti dengan ringan meskipun sebenarnya ibadah Ramadhan itu berat.
, sesuatu yang memang amat kita perlukan bagi upaya meraih keberkahan dari Allah Swt bagi bangsa kita yang hingga kini masih menghadapi berbagai macam persoalan besar. Kita tentu harus prihatin akan kondisi bangsa kita yang sedang mengalami krisis, krisis yang seharusnya diatasi dengan memantapkan iman dan taqwa, tapi malah dengan menggunakan cara sendiri-sendiri yang akhirnya malah memicu pertentangan dan perpecahan yang justeru menjauhkan kita
dari rahmat dan keberkahan dari Allah Swt.

Nikmatnya Nisfu Sya’ban

0 komentar

By; coel zlamboe

Hari atau malam pertengahan bulan Syakban (15 Syakban). Nisfu artinya setengah atau seperdua dan Syakban adalah bulan kedelapan dalam perhitungan tahun Hijriyah. Kata Syakban berasal dari kata syi’ab (jalan di atas gunung). Dikatakan Syakban karena pada bulan itu ditemui berbagai jalan untuk mencapai kebaikan.

Malam Nisfu Syakban dimuliakan karena pada malam itu, dua malaikat yakni Raqib dan Atid, yang mencatat amal perbuatan manusia sehari-hari, menyerahkan catatan-catatan amal tersebut kepada Allah SWT. Pada malam itu pula catatan-catatan itu ditukar dengan yang baru. Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Bulan Syakban itu bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Ia adalah bulan yang diangkatkan Tuhan amal-amal. Saya ingin diangkatkan amal saya ketika sedang berpuasa.” (HR An-Nasa’i dari Usamah, sahabat Nabi SAW).

Di samping itu, pada malam Nisfu Syakban turun beberapa kebaikan dari Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang berbuat baik pada malam tersebut. Kebaikan-kebaikan itu berupa syafaat (pertolongan), maghfirah (ampunan), pembebasan dari azab dan sebagainya. Dengan demikian, malam Nisfu Syakban antara lain dinamakan juga malam syafaat, malam maghfirah, dan malam pembebasan.

Sehubungan dengan malam Nisfu Syakban yang dinamakan juga malam syafaat, Al-Ghazali mengatakan, “Pada malam ke-13 Syakban, Allah SWT memberikan kepada hamba-hamba-Nya sepertiga syafaat, pada malam ke-14 diberikan-Nya pula dua pertiga syafaat, dan pada malam ke-15 diberikan-Nya syafaat itu penuh. Hanya yang tidak memperoleh syafaat itu ialah orang-orang yang sengaja hendak lari dari pada-Nya sambil berbuat keburukan seperti unta yang lari.”

Malam itu juga disebut malam maghfirah karena pada malam itu Allah SWT menurunkan ampunan-Nya kepada segenap penduduk bumi. Di dalam hadis Rasulullah SAW dijelaskan, “Tatkala datang malam Nisfu Syakban, Allah memberikan ampunan-Nya kepada penghuni bumi, kecuali bagi orang yang syirik dan berpaling pada-Nya.” (HR Ahmad)

Selain itu malam Nisfu Syakban disebut malam pembebasan karena pada malam itu Allah SWT membebaskan manusia dari siksa neraka. Sabda Nabi SAW di dalam hadis yang diriwayatkan Ibn Ishak dari Anas bin Malik, “Wahai Humaira (Asiyah RA) apa yang engkau perbuat pada malam ini? Malam ini adalah malam Nisfu Syakban, di mana Allah memberikan kebebasan dari neraka laksana banyaknya bulu kambing Bani Kalb, kecuali (yang tidak dibebaskan) enam, yaitu; orang yang tidak berhenti minum khamr, orang yang mencerca kedua orangtuanya, orang yang membangun tempat zina, orang yang suka menaikkan harga (secara aniaya), petugas cukai (yang tidak jujur), dan tukang fitnah.” Dalam riwayat lain disebutkan tukang pembuat patung atau gambar sebagai ganti petugas cukai.

Salah satu amal yang biasa dilakukan sebagian orang pada malam Nisfu Sya’ban adalah shalat sunah Nisfu Syakban sebanyak 100 rakaat. Shalat sunah tersebut ditentang keras oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu’ Syarh Al-Muhazzab (Kumpulan Penjelasan tentang Buku Al-Muhazzab). An-Nawawi memandang hadis-hadis yang menerangkan shalat tersebut adalah hadis maudu’ (hadis palsu). Oleh karenanya, melaksanakan shalat tersebut adalah bidah. Apa yang diungkapkan Imam Nawawi diikuti pula oleh Sayid Abu Bakar Syata ad-Dimyati (ahli tasawuf) dalam kitabnya, I’anat At-Talibin (Panduan bagi Siswa).

Sumber: Masjid Istiqlal/rakyataceh.com

Aliran-Aliran Psikologi

1 komentar
Oleh: Abdullah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi sebagai satu ilmu pengetahuan sudah berdiri sendiri sekitar abad ke 18. dari berbagai tokoh kemudian terbentuk aliran-aliran psikologi dengan berbagai teorinya masing-masing. Tujuan dari berbagai aliran tersebut tiada lain hanyalah ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang ilmu yang mempelajari tentang jiwa ini.
Dari masa-kemasa aliran-aliran tersebut semakin meluas dan semakin banyak, bukan hanya tokohnya, akan tetapi para pengikut dari tokoh-tokoh itu pun mungkin sudah tak terhitung, nah untuk mengetahui lebih dalam tentang hal tersebut maka penulis mencoba untuk memaparkan sebagian dari hal-hal tersebut.
Untuk lebih spesifiknya penulis akan mencoba memaparkan tentang empat aliran Psikologi yang banyak digunakan oleh sebagian besar tokoh Psikologi modren, diantaranya; aliran Humanistik, Analisis, Gestalt dan Behavourisme serta teori yang dikemukakan oleh empat aliran tersebut.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa masalah
1. Siapa yang mencetuskan empat aliran psikologi tersebut diatas?
2. Teori apa saja yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh aliran tersebut?
3. Tahun berapakah aliran tersebut pertama kali muncul?

C. Tujuan Penulisan
Setiap sesuatu yang ada didunia ini pasti mempunyai tujuan tersendiri tak terkecuali makalah ini, yang pastinya juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, diantaranya adalah:
1. Mengetahui tokoh-tokoh yang mencetuskan empat macam aliaran tersebut diatas
2. Mengetahui teori-teori yang dikemukakan oleh tokoh utama aliran-aliran tersebut
3. Mengetahui tahun berdiri aliran-aliran tersebut
4. Sebagai pengalaman dalam dunia kepenulisan yang dituntut untuk selalu memberikan asupan terhadap perkembangan kehidupan
5. Sebagai tugas kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi Umum

BAB II
PEMBAHASAN
ALIRAN-ALIRAN PSIKOLOGI

Setelah psikologi berdiri sendiri, lambat laun para ahli psikologi mengembangkan sistematika dan metode-metodenya sendiri, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan demikian timbul apa yang disebut aliran-aliran dalam psikologi
Sejak jaman dahulu aliran-aliran dalam satu bidang ilmu sangat penting artinya untuk membina semangat para ahli dalam berkompetisi menermukan kebenaran, dan tak kalah pentingnya dengan adanya aliran-aliran ini, para ahli dapat saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain. Untuk lebih memahami aliran tersebut berikut akan penulis sajikan beberapa aliran dalam ilmu psikologi;

1. Aliran Psikoanalisis
Aliran ini pertama kali muncul pada sekitar abad 19, yang dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939) ketika dia sedang menangani seorang pasien Neorotik atau pasien yang mempunyai ciri mudah cemas, disebabkan oleh konplik yang terjadi pada saat seoarng masih amat kecil, kemudian direpresi/ditekan (didorong masuk dari kesadaran ke alam tak sadar) seorang tokoh yang mungkin lebih tepat dikatakan sebgai pencetus psikodinamik. Namun demikian konsep pemikirannya tentang ketidak sadaran telah banyak meng-ilhami para ahli psikologi Analisis yang hidup setelahnya. Freud adalah seoarang psikiatris yang menaruh perhatian besar pada pengertian dan pengobatan gangguan mental. ia sedikit sekali menaruh minat terhadap problem-problem tradisional Psikologi Akademis seperti; Sensasi, Persepsi, Berfikir dan Kecerdasan karena itu ia mengabaikan problem kecerdasan dan mengrahkan usahanya untuk memahami dan menerangkan apa yang diistilahkannya sebagai ketidak sadaran.
Teori yang dicetuskan oleh Freud tentang kepribadian, mencoba menjelaskan tentang Normaliats dan Abnormalitas psikolgis dan perawatan terhadap orang-orang yang tidak normal Menurrut teori ini sumber utama konflik dan gangguan mental terletak pada ketidak sadaran, karena itu untuk mempelajari gejala-gejala ini, Freud mengembangkan teori Psikoanalisis yang sebagian besar di dasarkan pada interpretasi “arus pikiran pasien yang diasosiasikan secara bebas” dan analisis mimpi
Menurut Freud “Dorongan-dorongan, komponen-komponen kepribadian, ingatan akan pengalaman masa kanak-kanak dan konflik psikologis yang mengerikan cenderung tidak disadari”
Dalam formolasi-formolasi Freud “dorongan seksual” memainkan peranan penting secara khusus. Kenapa demikian? Karena, menurut Freud “Dorongan seksual melahirkan sejumlah energi psikis yang disebut libido untuk perilaku dan aktivitas jiwa” energi psikis tersebut sejajar dengan fisik walupun berbeda diantara keduanya. bila dorongan seksual dipuaskan, maka energi psikis membentuk kekuatan yang menekan, seperti air dalam selang yang tersumbat. Konflik-konflik yang terjadi pada seseorang akan meningkatkan ketegangan, bila seseorang ingin hidup normal, maka ketegangan tersebut harus dikurangi atu dihilangkan
Menurut Freud Kepribadian manusia berisi tiga komponen penting: id, ego, super-ego. Ketiga komponen ini salalu bersaing memperebutkan energi psikis, Id terletak pada inti kepribadian yang primitif, tempat tinggal dorongan-dorongan yang oleh Freud disebut “kekacauan, kancah kenikmatan yang meluap” Id tidak mempunyai organisasi yang logis sehingga dorongan yang saling bertentangan dapat hidup berdampingan secara terus menerus, pun demikian Id juga tidak memiliki nilai-nilai moral dan gantinya itu sangat dikuasai oleh prinsip-prinsip kenikmatan. sedangkan
Ego timbul pada diri anak- anak yang sedang berkembang, sebenarnya Ego ini adalah bagian dari Id namun sudah dimodifikasi sedemikian rupa, karena sudah sedemikian dekat dengan dunia luar individu. Salah satu tugas penting Ego adalah mencari dan menemukan objek yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan Id. Selain itu Ego juga berfungsi menurut prinsip-prinsip realitas, mendahulukan pemuasan keinginan Id sampai suatu situasi atau obyek yang tepat telah ditemukan. Perbedaannya Ego sangat terkendali, realistic, logis, dan berfikir proses skunder. misalnya saat kita lapar maka yang bertindak untuk berfikir bagaimana rasa lapar itu hilang adalah Ego sedang yang menimbulkan rasa lapar itu sendiri adalah Id
Sedangkan Superego menurut Freud terbentuk dari ego saat anak-anak mengidentifikasi dirinya dengan orang tua dan menginternalisasi kedalam dirinya segala aturan, nilai dan adat-istiadat lingkungannya. Meskipun superego adalah bagian dari ego namun fungsinya sangat berbeda sekali dengan ego, dan berfungsi independen. Superego sangat mendambakan kesempurnaan, idealisme, pengorbanan diri dan kepahlawanan
Kemudian Freud merumuskan tentang teori perkembangan kepribadian, bahwa perkembangan kepribadian seorang anak dibentuk dari pengalaman-pengalaman ketika anak-anak menjalani seperangkat urutan perkembangan psikoseksual yang menurut Freud pada tahap-tahap ini seringkali terjadi konflik yang harus diatasi. Bila anak terlalu dituruti, terlalu kekurangan, atu terlalu dikecewakan pada salah satu perkembangan, maka Fiksasi secara permanen akan tertinggal dalam tahap perkembangan tersebut. Freud menguraikan empat tahap pekembangan psikoseksual: tahap oral (mulut), tahap anal (dubur/anus), tahap phallik, dan tahap genital
Tahap Oral (mulut) terjadi pada tahun pertama anak-anak, seperti makan, menggigit dan lain sebagainya. Penyapihan merupakan konflik uatama pada tahap ini. bila anak terlalu dalam menikmati ASI ibu atau susu botol sehingga menimbulkan rasa tidak ingin melepaskannya, maka saat dewasa anak tertsebut akan memperlihatkan pola perilaku oral (seperti ketergantungan, pasif dan kerakusan) dan sangat dikuasai oleh bagian oral (seperti, makan, mengunyah permen karet, merokok dan kemampuan bicara yang sangat berlebihan).
Tahap Anal terjadi pada tahun kedua dimana seorang anak mendapatkan kenikmatan dari duburnya, seperti saat buang air besar, kemudian penahanan kotoran. Untuk memperoleh knikmatan pertentangan dengan masyarakat mulai menghambat-nya. Akibatnya anak akan di minta untuk mengendalikan dorongna alamiyahnya, kemudian hal itu akan menimbulkan konflik pada tahap anal beberapa anak akan melakukan “pembalasan”, misalnya buang air besar tidak tepat waktu dan tempatnya.
Tahap Phallik biasanya terjadi diusia 3-5 tahun, menurut Freud anak-anak menyadari bahwa ia dapat mempeperoleh kenikmatan melalui alat kelaminnya. Freud juga yakin bahwa semua anak kecil pernah melakukan masturbasi (merangsang alat kelaminnya sendiri agar tegang) dan hal ini juga diakui dan disetujui oleh psikolog modern. Menurut Frued khayalan yang terjadi ketika anak-anak masturbasi akan menentukan krisis yang universal
Tahap Genital dimulai sejak anak masuk di usia remaja samapi akhir hayatnya. Dan pada saat ini minat seksual tampak seperti bangun kembali, orang akan memperhatikan orang lain ketika mereka bekerja sama dalam lingkup budayanya. Sampai pada tahap phallik orang terlalu terpusat pada tubuhnya sendiri dan kebutuhan mendadak. Bila energi terlalu ketat akibat adanya kepuasan yang berlebihan atau sangat mengecewakan pada tahap perkembangan sebelumnya maka remaja tidak mungkin dapat memenuhi tuntutan ini.
Selain Sigmund Freud banyak tokoh-tokoh lain dalam aliran psikoanalisis ini yang seringkali disebut sebagai Neo Freudian . diantaranya Carl Gustav Jung (1875-1961) yang memisahkan diri Freud Karena tidak setuju dengan pendapat Freud bahwa libido itu sepenuhnya diwarnai oleh kenikmatan seksual dan juga penekanan terhadap perkembangan anak, tokoh ini seringkali dihubungkan dengan dengan pandangan manusia pada dasarnya mewarisi ketidak sadaran kolektif .
Tokoh kedua adalah Alfred Adler (1870-1937) salah satu murid Freud yang memisahkan diri dari Freud. sama seperti Carl Gustav Jung, Adler juga perpendapat bahwa penekanan terhadap factor seksualitas agak berlebihan. Adler menekankan pentingnya peranan lingkungan terhadap prilaku seseorang. Dia berpendapat bahwa kepribadian pada dasarnaya adalah kepribadian social dan bahwa perasaan rendah diri itu sebetulnya pusat motivsi pada manusia.
Tokoh selanjutnya adalah Karen Horney (1885- 1952) yang juga memisahkan diri dari Freud Karena tidak sependapat dengan Freud tentang teori energi. Horney berpendapat bahwa pengalaman yang bermacam-macam selama masa kanak-kanak memberikan pola/ciri kepribadian dan konflik-konflik yang berbeda pula. Dia sangat menekankan efek perasaan yang mengganggu dari keterasingan dan ketidak berdayaan
Tokoh yang lain adalah Harry Stack Sullivan (1892-1949) tokoh ini berpendapat bahwa prilaku yang dapat diterima atau prilaku yang menyimpang sebetulnya dibentuk oleh pola interaksi yang terjadi antara anak dan orang tua
Tokoh terakhir adalah Erik Erikson (lahir 1902) tokoh inilah yang mengembangkan teori Freud dalam hal perkembangan. Rumusan-rumusannya menekankan implikasi social dan psikologis serta meneropong masa dewasa

2. Aliran Gestalt
Gestal berasal dari bahasa Jerman yang berarti “bentuk” atau “Konfigurasi”, “hal”, “peristiwa”, “pola”, “totalitas” atau “bentuk keseluruahan”
Aliran ini pertama kali muncul pada tahun 1912 yang didirikan oleh Max Wertheimer (1880-1943) yang pernah menjadi murid Oswald Kulpe di Wurzburg dan mendapat gelar doktornya disana pada tahun 1904. dan pada waktu itulah ia mulai tertarik pada satu aliran filsafat yang terutama mempejari tentang fenomena (gejala) yang lebih dikenal dengan aliran fenomologi. kemudian aliran Gestalt ini dikembangkan oleh Kurt Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler (1887-1967) . Aliran ini muncul sebagai bentuk kritik terhadap teori-teori yang berlaku di Jerman sebelumnya terutama teori strukturalisme dari Wilhelm Wundt, yang khususnya mempelajari proses penginderaan dianggap terlalu elemenistik (terlalu mengutamakan elemen atau detail). Padahal persepsi manusia terjadi secara menyeluruh dan terorganissikan, tidak secara parsial atau sepotong-sepotong. Menurut Wertheimer ketika sebuah melodi terdengar (dipersepsi), sebuah kesatuan dinamis atau keutuhan muncul dalam persepsi, akan tetapi nada tersebut dalam dirinya sendiri menyebar dan saling bergantian dalam urutan waktu tertentu jadi menurut aliran ini yang utama bukanlah elemen akan tetapi keseluruhan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisi kedalam elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus dipelajari sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Keseluruhan adalah lebih dari sekadar penjumlahan unsur-unsurnya, lebih dahulu diatanggapi dari bagian-bagiannya, dan bagian-bagian itu harus memperoleh makna dari keseluruhan. arti dari gestalt tergantung pada unsur-unsurnya, sebaliknya arti unsur-unsur tergantung pada gestalt
Eksperimen gestalt peratama, menurut Atkinson dan kawan-kawan adalah mempelajari gerakan, terutam Fenomena Phi. Jika dua cahaya dinyalakan secara berurutan, subjek melihat cahaya tunggal bergerak dari posisi cahaya pertama kecahaya kedua. Fenomena gerakan ini telah banyak diketahui tetapi ahli psikologi gestalt menangkap kepentingan teoritis pola stimuli dalam menghasilkan efek. Pengalamn kita tergantung pada pola yang dibentuk oleh stimuli dan pada organisasi pengalaman, menurut mereka, apa yang kita lihat adalah relatif terhadap latar belakang, dengan aspek lain dari keseluruhan. Keseluruahn berbeda dengan penjumlahan bagian-bagiannya; keseluruahn terbagi atas bagian dari suatu hubungan. untuk lebih jelasnya lihatlah gambar berikut:

keseluruahan Unsur-unsur

Arti unsur-unsur _ _ bergantung pada keseluruhan. Unsur-unsur dari gambar muka sama dengan unsur-unsur gambar buah tetapi karena keseluruhannya berbeda maka makna unsur tersebut berbeda pula.
Tokoh-tokoh aliran ini terbagi dalam duia kelompok besar yaitu ahli-ahli psikologi Jerman dan Austria terbuka seperti; Rudolf Allers, Magda Arnold, Charlotte, Solomon Asch, Kurt Levin, serta Karl Buhler, Albin Gilbert, Hans Hahn, Fritz Heider, Martin Scheerer Wilhelm Stern, dan Heinz Werner.

3. Aliran Behaviorisme
Behaviorisme adalah sebuah aliran yang didirikan John B Watson (1878-1958) pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa psikologi harus menjadi ilmu yang objektif dalam arti harus dipelajari sebagaimana ilmu pasti atau ilmu alam. oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya dapat diteliti melalui metode instrospeksi yang dianggap tidak objektif dan tidak ilmiyah. kemudian aliran ini digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner (1904-1968) yang terkenal dengan eksperimen operant conditioning dengan tikus .
Menururut pandangan Skinner, kepribadian pada dasarnya adalah sebuah fiksi. Orang melihat hanya apa yang orang lain lakukan dan mengerti menyimpulkan sifat-sifat yang mendasari (motif, emosi, dan kemampuan) yang ada sebenarnya dalam fikiran pengamat tersebut. Dia amat yakin bahwa psikologi hanya memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh orang lain. Sedangkan disposisi dalam diri seseorang tidak dapat dipakai sebagai penjelasan yang adekuat untuk menjelaskan perilaku orang lain
Namun demikian, sebenarnya sebelum J.B Watson mengemukakan aliran psikologi ini, sejumlah filusuf dan ilmuan sudah mengajukan gagasan-gagasan mengenai pendekatan objektif dalam mempelajari manusia, berdasarkan pendekatan yang mekanistik, suatu pendekatan yang menjadi ciri utama dalam Behaviorisme. Diantaranya adalah Ivan Pavlov (1849-1936) yang dikenal dengan eksperimen mengenai refleks bersyartat atau refleks terkondisi yang dilakukan terhadap anjing dengan mengeluarkan air liurnya, dan W. Mc. Dougall (1871-1939) yang terkenal dengan teori instink-nya
Aliran ini mengemukakan bahwa objek psikologi hanyalah perilaku yang kelihatan nyata dan menolak pendapat sarjana psikologi lain yang mempelajari tingkah laku yang tidak tampak dari luar atau tentang alam bawah sadar (Psikoanalisi) dan menentang aliran lain yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif (Introspeksionisme).
Belakangan kaum behavioris lebih dikenal dengan teori belajar, karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia -kecuali instink- adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan.

Tokoh lain dalam aliran ini adalah:
a. Clark Hull (1943) yang mengemukakan konsep teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena itu, dalam teori Hull, kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral. menurut Hull kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan (drive), seperti lapar, haus, tidur, hilangnya rasa nyeri dan sebagainya,
b. Edwin Guthrie yang mengemukakn teori kontinguiti, memandang bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respons tertentu. Selanjutnya ia berpendapat bahwa hubungan antar stimulus dan respon merupakan factor kritis dalam belajar

4. Aliran Humanistic
Pada akhir tahun 1940-an munculah suatu prsepektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja social, dan konselor bukan merupakan hasil penelitian dalam proses belajar. Gerakan ini berkembang, dan kemudian dikenal sebagai humanistis, eksestransial, perceptual, atau fenomologikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut pandang si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (obsrver). Lebih penting lagi aliran ini mempunyai pandangan bahwa tiap-tiap individu di pengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.

Tokoh-tokoh yang menonjol dalam aliran ini antara lain;
1. Combs dan kawan-kawan, yang menyatakan bahwa apabila kita ingin memahami perilaku seseorang, kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Apabila kita ingin mengubah keyakinan atau pandangan orang itu, perilaku dalamlah yang membedakan seseorang dari orang lain. Combs dan kawan-kawan selanjutnya mengatakan bahwa perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidak mauan seseorang untuk melakukan sesuatu ynag tidak akan memberikan kepuasan baginya. Apabila seorang guru mengeluh bahwa siswanya tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu, ini berarti siswa tersebut tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh guru tersebut. Mungkin dengan memberiakn aktivitas yang lain maka siswa tersebut akan memberikan respon positif.
Para ahli humanistic melihat adanya dua bagian dalam pada tahap belajar;
a. pemerolehan informasi baru;
b. personalisasi informasi ini pada individu
2. Bloom dan Kratwohl
Dalam hal ini Bloom dan Kratwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai oleh sesorang yang mencakup tiga kawasan berikut;
 Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu;
1. Pengetahuan (mengingat, menghafal);
2. Pemahaman (menginterpretasikan);
3. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan sesuatu);
4. Analisis (menjabarkan suatu konsep);
5. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep yang utuh);
6. Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya).
 Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan
1. Peniruan (menirukan gerak);
2. Penggunaan (mengguanakan konsep untuk melakukan gerak);
3. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar);
4. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar);
5. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
 Afektif
Terdiri dari lima tingkatan
1. Pengenalan (ingin menerima, sadar kn adnya sesuatu);
2. Merespons (aktif berpartisipasi);
3. Penghargaan (menerima nilai-nilai. Setia kepada nilai-nilai tertentu);
4. Pengorganissian (menghubungkan nilai-nilai yang dipercaya);
5. Pengalaman ( menjadikan nilai-nilai sebagian dari bagian dari hidup);
3. Kolb
Tokoh ini berpendapat bahwa pengetahuan sesorang bertahap dari pengalaman konkret, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualissi, dan terakhir eksperimentasi aktif

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat penulis simpulkan bahwa, psikologi sebagai suatu disiplin ilmu dari tahun ketahun semakin menampakkan kapasitasnya, terutama konstribusinya dalam menyikapi kejiwaan seseorang.
Aliran-aliran psikologi dalam menyikapi kejiwaan seseorang cenderung berbeda. aliran psikoanlisis menyatakan dalam jiwa seseorang terdapat Id, Ego, dan Superego, dan lebih memfokuskan pada ketidak sadaran seseorang Lain lagi dengan aliran Gestalt yang menyatakan bahwa, persepsi manusia terjadi secara menyeluruh bukan spotong-sepotong atau parsial. Sedangkan behaviorisme menyatakan bahwa psikologi hanya memusatkan perhatian pada apa yang dilakuakn oleh orang lain. Dan untuk aliran terakhir (humanistik) menyatakan bahwa untuk memahami perilaku seseorang terletak pada si pelaku bukan si pengamat
Saran-saran
1. kita harus lebih bijak dalam menyikapi perilaku seseorang, ketika nampak lahir orang tersebut burtuk belum tentu batinnya juga demikian
2. kita harus memformolasiakan pendapat-pendapat para pakar psikolgi dalam menyikapi orang lain

و الله أعلم

DAFTAR PUSTAKA

1. Linda L. Dafidoff, Mari Juniati Psikologi suatu Pengantar PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 1997
2. Ahmad Fauzi, Drs., H. Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung. Cetakan ke III 2004
3. Hamzah B. Uno, M.pd., Dr. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. PT. Bumi Aksara. Jakarata. Cetakan I 2006
4. M. Dalyono, Drs. Psikologi Pendidikan. Renika Cipta. 2001
5. Alex Sobur, M.Si., Drs. Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung. 2003

INFO TERKINI

2 komentar
jika anda pecinta kemajuan pondok pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, kirimkan opini anda dengan cara ketik: MUBA (spasi) opini anda lalu kirimkan ke 085732374444, siapa tahu sumbangan opini anda dapat dijadikan sehbuah pertimbangan bagi jajaran pengelola Pon Pes Mambaul Ulum Bata-Bata untuk kemajuan pondok dimasa yang akan datang..... dan mungkin ketika anda menyumbangkan sedikit komentar anda Bata-Bata kedepan akan lebih baik......Amin....!

EKSISTENSI PERAN PESANTREN DALAM DUNIA POLITIK

5 komentar

By: Abullah*

Mungkin ketika anda melihat judul diatas, anda akan memberikan interpretasi bahwa tulisan ini sengaja ditulis untuk menopang legalisasi peran akrtif pesantren yang akhir-akhir ini secara samar (diantaranya) dan bahkan secara terang-terangan (mayoritas) menjadi juru kampanye partai politik, bahkan diantara pesantren-pesantren besar di madura (mungkin saja se-Indonesia) mempunyai ikatan kontrak kerja sama yang yang saling menguntungkan diantara kedua belah pihak terhadap perkembangan persantren kedepan, kendati demikian sebenarnya tulisan ini hanya bentuk uraian isi hati penulis demi melihat geliat politik di Madura kita tercinta ini
Politik memilkiki banyak pengertian, tergantung siapa yang memberika pengertian akan kata ini, menurut para petani, politik adalah “racun yang terbungkus dengan roti tawar berselai stroberi” Sedangkan untuk kalangan yang lain istilah politik lebih dikenal dengan “cara seseorang mengelabui rival-rivalnya” untuk kalangan pembisnis politik adalah “lahan untuk meraup keuntungan” untuk kalangan santri politik biasa diartikan “cara mereka mengatasi keseretan masalah” dan lain-lain.
Intinya politik sampai saat ini belum menjadi suatu istilah yang dikenal merata dikalangan masyarakat, jadi perlu kiranya penyuluhan-penyuluhan bagaimana politik itu sebenarnya, tujuan, manfaat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kata politik ini, penyuluhan tidak perlu forum formal atau forum resmi yang membutuhkan biaya, akan tetapi cukup kiranya dari pertemuan-pertemuan kecil acara kemasyarakatan seperti cangkruan pasca tahlilan, pasca walimah dan acara-acara lainnya
Dari itu mungkin ketakutan masyarakat akan monster yang namanya politik ini mungkin akan dapat berkurang, dan efeknya dapat dirasakan ketika proses demokrasi berjalan sesuai dengan harapan kita bersama, dan dengan ini pula diharapkan angka GOLPUT yang sudah mancapai sekian puluh persen dapat diminimalisir
Sebenarnya kalau kita mau berpolitik sesuai dengan hakikat politik itu sendiri niscaya keutuhan bangsa akan dapat dipertahankan, persaingan antar kelompok yang sudah semakin memanas (lebih-lebih pra pesta demokrasi 2009) ini, pun demikian calon anggota legislative tidak akan hanya mengobral janji muluk realisasi melompong.
Pesantren sebagai salah satu instansi yang bergerak dibidang pendidikan social dan budaya memungkinkannya untuk menjadi mediator dalam pembersihan citra politik dan sekaligus selaku pengawas para pemain politik agar mereka dapat terkontrol dengan baik dan dapat menjalankan amanah bangsa yang telah dimbankan pada mereka. Bahkan kalau perlu kiranya pesantren dapat mengutus salah satu kadernya untuk terjun langsung keranah ini, asal bukan pimpinannya saja yang berkecimpung aktif menjadi calon anggota legislatif
Jika kemudian pesantren dikekang untuk berperan aktif dalam percaturan politik, maka siapa yang akan bertindak sebagai pengingat bahkan eksekutor bagi mereka yang mbalelo dari janji-janji yang telah mereka obral sebelumnya, sangat mungkin sekali -jika kemudian pesantren diberi batas dalam perannya- kursi legislative akan dijadikan sabagi lapangan pekerjaan, bukan sarana pembela dan memperjuangkan hak-hak rakyat.
Jika kita ibaratkan, politik ini diibaratkan pada sebuah permainan, dimana dalam sebuah permainan pastinya ada dua atau lebih (orang atau kelompok) yang bertindak sebagai pemain, dan disitu juga tidak boleh dihilangkan yang namanya wasit atu penengah, demi sportifitas dalam sebuah permainan, mungkin criteria yang tepat untuk seorang wasit adalah: Jujur Amanah, Menguasai jenis permaian yang sedang berlangsung, Berada di zona bebas (Tidak fanatic golongan) Tegas, Lebih baik dan lebih segalanya dari para pemain
Dapat dibayangkan, apabila criteria tersebut sudah terpenuhi dalam diri wasit (pesantren yang berperang dalam dunia politik) maka pertandingan (dunia prpolitikan) sebuah Negara akan berjalan tertib, aman, tanpa adanya “pertumpahan darah”.
Dilematis mungkin pesantren dihadapkan pada dunia “yang tidak jelas” ini, disatu sisi banyak bertebaran partai-partia politik yang mengatasnamanakan dirinya Islam -walaupun itu hanyalah polesan belaka- disatu sisi lain partai yang ia pilih justru menjadi tempat bercokolnya tikus-tikus Negara yang senantiasa menggerogoti lumbung-lumbung devisa Negara, belum lagi pertentangan antara pelaku pesantren dengan pelaku pesantren lainnya yang diakibatkan perbedaan partai dan idiologi, malah tidak jarang pesantren (para pelakunya) dengan pesantren yang lain bersaing habis-habisan untuk mendapatkan simpati masyarakat dalam bidang politik yang tidak jelas, hinggga hal ini mengakibatkan masyarakat bawah bimbang untuk menentukan siapa yang akan ia ikuti. Jika kemudian hal tersebut terus saja berlangsung, maka pesantren bukan lagi menjadi penengah dalam bidang ini, justru menjadi pemicu terpetaknya umat Islam.
Langkah terbaik mungkin adalah bagaimana pesantren mampu menempatkan dirinya sebagai seorang wasit yang bertindak sebagai pengawas, penengah, “pemberi hukuman” bagi pelaku politik negeri ini, bukan malah menjadi orator penggerak masa, atau malah menjadi tim sukses dalam pemenangan satu kelompok yang ia dukung.
Pada pemilihan presiden kali ini, pesantren mempunyai tugas besar untuk mengarahkan masyarakat pada calon yang diharapkan mampu menjadi pemimpin negeri ini, mampu menampung dan merespon segala kebutuhan dan keluhan rakyatnya, prinsipnya silahkan pesantren beda partai atau beda pilihan asalkan kemukakan alas an yang jelas kepada masyarakat tentang pilihannya, tanpa menafikan hak-hak orang lain apalagi mencaci dan mencerca lawan politiknya, karena bagaimanapun sampai saat ini masyarakat masih percaya penuh akan peran aktif pesantren dalam kehidupan social masyarakat.
Mungkin cukup sekian apa yang dapat penulis katakana dalam tulisan ini, karena bagaimanapun ini adalah sumbangan pemikiran, terima atau tidaknya, itu terseah anda…….!

Sejarah Singkat & Perkembangan PP. Mambaul Ulum Bata-Bata

13 komentar


Sejarah panjang sudah dilalui oleh Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata. yang didirikan sebelum deklarasi kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya pada tahun 1943 M. dan termasuk dari salah satu pesantren tertua di Pulau Madura.
dimulai dari masa RKH. Abd. Madjid sampai pada periode RKH. Abd. Hamid AMZ [sekarang] selalu eksist dan terus berkembang dan mencetak santri dan alumni yang berobot dan berkualitas serta bertanggung jawab.

Berikut sejarah singkat dan perkembangannya;

1. Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata didirikan oleh RKH Abd Majid bin Abd Hamid Bin RKH. Istbat Banyuanyar pada Tahun 1943 M./1363 H.

2. Kepemimpinan RKH. Abd. Majid berlangsung selama 14 Tahun terhitung mulai berdirinya Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata sampai dengan Tahun 1957 M. saat beliau wafat pada tanggal 6 Syawal 1364, dengan meninggalkan santri sebanyak 700 orang.

3. Selama dua tahun (1957-1959) Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata mengalami kekosongan pemimpin karena pada saat itu, putra pengasuh pertama RKH. Abd. Qodir masih menempuh pendidikan di Tanah Suci Makkah Dan menantu beliau RKH. Ahmad Mahfud Zayyadi (Ayahanda RKH. Abd. Hamid pengasuh sekaran) sudah menetap di Pondok Pesantren Nurul Abror Alas Buluh Banyuangi, oleh karena itu, untuk mengisi kekosongan RKH. Abd. Hamid Bakir, (Putra RKH. Abd. Majid yang pada waktu itu memegang tampuk pimpinan Pondok Pesantren Bnyu Anyar) pulang pergi Banyu Anyar Bata-Bata untuk memberikan pembinaan pada dua pondok pesantren secara bersamaan.

4. Pada tahun 1959 RKH. Abd. Qodir pulang ketanah air untuk melanjutkan kepemimpinan di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, akan tetapi kepemimpinan beliau tidak berlangsung lama karena takdir berkehendak untuk menjemput beliau menghadap Allah SWT. tepatnya pada tanggal 5 Agustus 1959.

5. Untuk melanjutkan estapet kepemimpinan Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, keluarga besar pesantren meminta kesudian RKH. Ahmad Mahfudz Zayyadi untuk kembali ke Bata-Bata serta menyerahkan tampuk pempinan Pondok Pesantren kepada beliau yang sudah 12 tahun bermukim di Banyuangi.

6. Selama kepemimpinan RKH. Ahmad Mahfudz Zayyadi, Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata mengalami kemajuan cukup pesat, baik dari jumlah santri, manajemen kepesantrenan maupun manajemen kependidikan, hal ini terbukti, pada tahun 1962 M. beliau mendirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI), pada tahun 1970 M. beliau mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs.) dan pada tahun 1977 M. beliau mendirikan Madrasah Aliyah (MA).

7. Kepemimpinan RKH. Ahmad Mahfudz Zayyadi berlangsung selama + 26 Tahun (1959-1986M.) beliau wafat pada tanggal 12 Ramadhan 1407 H./1986.
8. Kepemimpinan berikutnya (1987-sekarang) dilanjutkan oleh RKH. Abd. Hamid AM. Dimana sebelum memimpin Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata beliau sempat menimba ilmu di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, dan melanjutkan ke Tanah Suci Makkah selama 12 tahun dibawah bimbingan Syaikh Ismail Bin Zain Al-Yamani.


“Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Dari Pada Kecerdasan”
“Santreh Mon Terro Alèmmah Jek Papegge Wudhu”

Analisi Pemahaman Qadariyah

4 komentar
By ; Abdullah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pemikiran teologi dalam dunia Islam kian hari kian menjamur, tak pelak kadang hal ini menimbulkan berbagai pertentangan pemahaman antar kelompok, masing-masing kelompok mempertahankan pendapatnya masing-masing dengan dalil-dali yang begitu meyakinkan baik dalil tersebut bersumber dari nash-nash agama (Naqli) maupun yang bersumber dari pemikiran rasional (Aqli) semuanya mengklaim bahwa mereka yang paling benar diantara pemahaman kelompok yang lain.

Perbedaan pemahaman ini sudah terjadi dari sejak masa-masa keemasan islam, terutama pada tahun 70 Hijriyah dimana pada waktu itu muncul dua golongan besar yang mempertentangkan tentang takdir dan kekuasaan manusia dalam segala tindak tanduknya. Kedua golongan ini dikenal dengan istilah Qadariyah dan Jabariyah, dimana kedua golongan ini sama-sama mempertahankan pendapatnya masing-masing yang jauh bersimpangan diantara keduanya, bahkan kalau bisa dikatakan kedua golongan ini di ibaratkan langit dan bumi.

Kelompok yang satu mengatakan bahwa manusia tiada memilki daya dan upaya untuk menentukan nasibnya, semuanya tergantung pada takdir Tuhan, dan manusia tidak dituntut untuk mempertanggung jawabkannya, sedangkan kelompok lainnya berpendapat sebaliknya yaitu Tuhan tidak ikut campur dalam penentuan nasib manusia, melainkan tergantung sejauh mana usaha manusia itu untuk menentukan perjalanan hidupnya, namun demikian manusia dituntut untuk mempertanggung jawabkan segala apa yang telah ia perbuat.

Dalam perjalanan pemikiran Islam dari jaman munculnya kedua kelompok ini sampai saat ini faham kedua kelompok ini terus saja menjadi perbincangan dikalangan ulama’ dan para pemikir kontenporer, hal ini kemungkinan besar adalah disebabkan kedua faham ini dianggap bertentangan dengan nash-nash syari’at walupun benar salahnya kedua pemahaman ini masih belum dapat dipastikan, hal ini diakibatkan karena perbedaan interpretasi dari teks-teks agama dan perbedaan teks-teks agama yang dijadikan dasar pijakan berfikir oleh masing-masing kelompok.

Oleh karena hal tersebut penulis merasa tertarik untuk mendalami faham keduanya, namun dalam penulisan makalah ini penulis sengaja hanya memilih salah satu dari kedua aliran tersebut yaitu aliran Qadariyah, bagaiman latar belakang kemunculannya, faham-fahamnya dan penulis akan mencoba juga menganalisis pemikiran aliran ini, apakah faham-faham yang mereka cetuskan itu beriringan dengan nash-nash atau malah sebaliknya? Karena disadari ataupun tidak aliran Qadariyah sampai saat ini masih meringkuk dalam hati umat Islam yang hanya mengikuti kata akalnya saja, atau malah bersikap apatis terhadap faham-faham seperti ini.

Berangkat dari hal tersebut diatas maka penulis memutuskan mengangkat judul “Analisis Kritis Terhadap Pokok-Pokok Pemikiran Qadariyah”

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa masalah yang akan dijadikan pokok pembahasan dalam penulisan makalah ini, diantaranya:
1. Apa Yang dimaksud dengan Qadariyah
2. Bagaimana latar belakang kemunculan aliran Qadariyah?
3. Seperti apakah faham-faham qadriyah?
4. Dapatkah kita menjadikan faham Qadariyah sebagai pijakan dalam kehidupan beragama?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini adalah sebuah tulisan yang disusun dan direncanakan oleh penulis, hal ini menunjukkan bahwa ada tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan makalah ini, tujuan-tujuan tersebut adalah:
1. Mengetahui Esensi Qadariyah
2. Mengetahui latar belakang kemunculan aliran Qadariyah
3. Mengetahui Faham-Faham Qadariyah
4. Menganalisis pokok-pokok pemikiran Qadariyah benar atau tidaknya pemahaman seperti ini menurut nash-nash agama atau malah sebaliknya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sekilas Tentang Qadariyah
Secara etimologi kata Qadariyah berasal dari suku kata Qadara yang mempunyai arti kemampuan dan Kekuatan adapun secra terminology “Qadariya” adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala perbuatan manusia tidak di intervensi oleh Tuhan
Perlu diperhatikan bahwa di sini penulis menggunakan istilah Qadariyah untuk orang-orang yang mendukung aliran “kebebasan kehendak manusia” demi mengikuti istilah yang dikenal di kalangan para ahli teologi Islam, seperti pada galibnya dimaksudkan dalam kebanyakan riwayat. Padahal kata Qadariyah ini kadang-kadang juga digunakan oleh sebagian ahli ilmul-kalam dan pada sebagian riwayat, guna menunjuk kepada kaum Jabariyah yang tidak mengakui kebebasan kehendak manusia.

Saling klaim ini mungkin diakibatkan oleh kata dasar yang digunakan dalam istilah Qadariyah, karena jika قدر yang dimaksud disini mempunyai arti berkuasa, maka Qadariyah adalah orang-orang yang percaya akan kebebasan manusia dalam menentukan jalan hidupnya, dan jika قدر yang dimaksud disini adalah menentukan, maka Qadariyah berarti adalah orang-orang beranggapan bahwa manusia adalah makhluk pasif, semua yang dikerjakannya tergantung pada ketentuan Tuhan (takdir).

Dalam kenyataannya, mereka semua, baik yang mendukung teori Jabariyah (determinisme takdir) yang menyatakan adanya kekuasaan takdir secara umum (menyeluruh), ataupun orang-orang yang mendukung teori kebebasan manusia dan penafian peran takdir dalam perbuatan-perbuatan manusia; menghindarkan diri dari sebutan Qadariyah ini, seraya menjuluki kelompok lainnya dengan nama tersebut. Rahasia sikap ini ialah adanya riwayat hadis Rasul saw. yang menyebutkan: “Kaum Qadariyah adalah Majusinya umat ini.” (H.R. Abu Daud) Karena itu, kaum Jabariyah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “kaum Qadariyah” ialah orang-orang yang mengingkari qadar (takdir) Ilahi, sementara lawan-lawan mereka berkata bahwa kaum Qadariyah ialah orang-orang yang mengembalikan segala sesuatu, harta perbuatan manusia, kepada qadha dan qadar. Namun penulis mengikuti kebanyakan ulama’ yang mengatakan, bahwa Qadariyah adalah kelompok yang menafikan keberadaan takdir akan setiap tindak tanduk manusia.

Mungkin penyebab lebih dikenalnya sebutan Qadariyah untuk para pengingkar takdir adalah :
1. Tersebar luasnya mazhab Asy’ariyah, sehingga menjadikan kaum Mu’tazilah sebagai minoritas di hadapan kaum Asy’ariyah yang mayoritas.

2. Tuduhan adanya kesamaan antara kaum Qadariyah dengan penganut agama Majusi. Sebab, yang diketahui bahwa kaum Majusi membatasi takdir Ilahi hanya pada apa yang mereka namakan “kebaikan” saja, sedangkan “kejahatan” berada di luar takdir Ilahi, dan bahwa pelakunya adalah wujud setan pertama yang mereka namakan Ahriman .
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Qadariyah. adalah orang-orang yang berpendapat menolak keberadaan takdir. Sehingga mereka meyakini bahwa hamba memiliki kehendak bebas dan kemampuan berbuat yang terlepas sama sekali dari kehendak dan kekuasaan Allah.

Orang yang mula-mula menfatwakan faham Qadariyah ini adalah Ma’bad al-Juhani dan Ghailan ad Dimasyqi. Ma’bad al-Juhani sendiri adalah seorang tabi’in generasi kedua sesudah nabi Muhammad yang pernah belajar bersama Wasil bin Atha (Imam kaum muktazilah) kepada Syaikh Hasan Basri di Basrah, sedangkan Ghailan Al-Damisyqi adalah penduduk kota Dimsyaq (Syiria), bapaknya adalah salah seorang yang pernah bekerja pada Khalifah Utsman Bin Affan. Ia datang ke Dimsyaq pada masa Khalifah Hisyam Bin Abdul Malik, salah seorang Khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 105 sampai 125 H. selain sebagai seorang tokoh Qadariyah Ghailan juga adalah pemuka golongan Murji’ah dari kelompok Al-salihiah.

Sedangkan menurut al-Zahabi, Ma’bad adalah sorang tabi’ien yang baik tetapi ia kemudian bermain diranah politik dan memihak Abd. Rahman Ibn al-Asy’as Gubernur Sajistan, dalam menentang kekuasan dan system pemerintahan Bani Umayyah, dan pada saat pertempuran melawan Al-Hajjaj akhirnya Ma’bad mati terbunuh hal ini terjadi pada tahun 80 H.

Hal inilah yang memungkinkan Yusran Asmun berpendapat, bahwa munculnya pemahaman Qadariyah jika dipandang dari sudut pandang politik adalah sebagai isyarat menentang politik Bani Umayyah, hal ini dikarenakan kehadiran kelompok Qadariyah diwilayah kekuasaanya selalu mendapatkan tekanan, bahkan pada waktu Abdul Malik Bin Marwan memegang tampuk kekuasaan, kelompok ini bisa dikatakan lenyap sama sekali, tapi hanya untuk sementara, sebab dalam perkembangan selanjutnya pokok-pokok pemikiran ini kembali merebak saat munculnya kelompok Mu’tazilah.

Setelah kematian sahabatnya, Ghailan meneruskan misi besarnya dalam menyebar-luaskan faham Qadariyah, hal ini kemudian mengundang reaksi keras dari kalangan pemerintah yang pada waktu itu dipimpin oleh Umar Bin Abd. Aziz. Setelah, Umar Bin Abd. Aziz meninggal Ghailan terus menyebarkan ajarannya, hingga akhirnya maut pun menjemputnya ketika pemerintah menjatuhkan hukuman mati padanya pada masa pemerintahan Hisyam Bin Abd. Malik (724-743 M.).

Menurut Rosihon Anwar & Abdul Rozak berdasarkan penemuan dokumen W. Montogomy Watt yang ditulis oleh Hellmut Ritter dalam bahasa Jerman yang di-publikasikan melalui majalah Der Islam pada tahun 1933, faham Qadariyah terdapat pada kitab Risalah yang ditulis oleh Hasan Al-Basri untuk Khalifah Abdul Malik pada tahun 700 M.
Namun demikian, kelompok ini diperkirakan muncul pada tahun 70 H. bertepatan dengan tahun 689 M. adapun tempat yang menjadi markas dari penyebaran faham kelompok ini masih terjadi perselisihan pendapat diantara kalangan para sejarawan Islam, ada yang mengatakan di Irak dan ada yang mengatakan di Baghdad, kemungkinan kebenarannya sama-sama besar karena pada abad ke II dan ke III H. didua tempat inilah terjadinya pergolakan pemahaman.

Menurut Ibn Natabah Ma’bad al-Juhani dan Ghailan al-Damisyqi mengambil faham ini dari seorang Kristen yang masuk Islam di Irak, kemudian kembali lagi ke agama asalnya, ia dikenal dengan nama Susan. Namun pandapat ini masih diragukan kebenarannya karena diyakini bahwa pendapat semacam ini hanyalah rekayasa orang-orang yang dihembuskan oleh orang-orang yang tidak setuju sama sekali dengan faham yang dibawa oleh kelompok ini.

Setelah kematian kedua pembesarnya, faham ini kembali berkembang pesat ketika munculnya golongan Mu’tazilah hal ini terbukti ketika salah seorang Imam Mu’tazilah, Ibrahim Sayar Al-Nazam (w. 211 H.) menyebar luaskan pemahaman ini ia menuai banyak simpati dari masyarakat.

Sampai saat ini -setelah lama tak terdengar- faham ini kembali merebak walaupun itu hanya sebatas ungkapan-ungkapan belaka seperti ungkapan “bagaimanapun juga tokh pada akhirnya manusia juga yang dapat menentukan nasibnya” dan lain sebagainya, yang menitik beratkan segalanya pada perbuatan manusia belaka. Hal ini mungkin disebabkan karena akal fikiran kebanyakan orang kerap kali dikuasai penuh oleh akal dan fikirannya, dan memang semua doktrin-doktrin yang dicetuskan oleh Qadariyah, semuanya bertumpu pada rasionalitas pemikiran manusia, walau pun sebagaimana diungkapkan diatas, pemikiran ini bukanlah tanpa pijakan, akan tetapi banyak sekali ayat yang mendukung akan rasionalisasi faham ini.

B. Doktrin-Doktrin Qadariyah
Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal, pembahasan masalah Qadariyah disatukan dengan pembahasan tentang doktrin-doktrin Mu’tazilah, sehinggga perbedaan antara kedua aliran ini kurang begitu jelas.

Namun demikian, sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa Qadariyah adalah kelompok yang menafikan takdir Tuhan, dalam artian bahwa manusia menciptakan perbuatannya sendiri dengan kodrat yang telah diberikan oleh Tuhan ketika mereka lahir kealam maya pada ini, Tuhan tidak ada sama sekali hubungannya dengan manusia sekarang, dan bahkan Tuhan pun tidak tahu akan apa yang akan dikerjakan oleh manusia, baru ketika manusia mengerjakannya baru pada saat itu Tuhan mengetahuinya.
Adapun hubungan manusia dengan Tuhannya adalah masalah pahala dan siksa, dimana ketika manusia melakukan perbuatan yang baik maka Tuhan akan memberikannya pahala karena telah menggunakan qodrat yang telah diberikan-Nya pada sesuatu yang baik, sebaliknya Tuhan akan menghukum atau memberikan siksaan kepada manusia ketika ia melakukan perbuatan jelek karena telah menggunakan qodrat yang telah diberikan oleh-Nya pada sesuatu yang jelek .

Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghailan, sebagaimana dikutip oleh Rosihon Anwar & Abdul Rozak, “bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya, manusia sendirilah yang melakukan perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaannya sendiri, dan manusia sendiri pula yang mengerjakan atau menjahui perbuatan jelek atas kemauan dan daya yang ia milki pendapat Ghailan ini dipertahankan dihadapan Al-Awza’i ketika ia akan di eksekusi mati oleh pihak pemerintahan Hisyam Bin Abdul Malik, dimana pemerintah pada saat itu ingin mengetahui yang sebenarnya faham yang dibawa oleh tokoh Qadariyah ini, oleh karena itu diadakanlah perdebatan antara Ghailan dan Al-Awza’i.

Salah seorang pemuka Qadariyah yang lain, An-Nazam, mengemukakan bahwa manusia hidup mempunyai daya, ia berkuasa atas segala perbuatannya
Di antara mereka ada yang ekstrim dan ada yang tidak. Namun yang tidak ekstrim ini menyatakan bahwa terjadinya perbuatan hamba bukan karena kehendak, kekuasaan dan ciptaan Allah.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat fahami bahwa doktrin Qadriyah pada dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak mendapat hukuman (siksa) atas kejahatan yang diperbuatnya. Dalam kaitan ini, bila seseorang diberi ganjaran baik dengan balasan surga atau pun neraka kelak diakhirat itu suatu hal yang semestinya, karena apa yang telah ia kerjakan adalah murni atas kehendaknya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan Tuhan, sebaliknya sungguh tidak pantas apabila manusia menerima siksaan apabila apa yang telah diperbuatnya bukan atas keinginannya sendiri, melainkan ada intervensi Tuhan.

Faham takdir dalam pandangan Qadariyah bukanlah dalam pengertian takdir yang biasa dipakai oleh bangsa Arab pada waktu itu, yaitu faham yang mengatakan bahwa segala sesuatu berkenaan dengan manusia telah digariskan oleh yang Maha Kuasa, manusia hanya mampu untuk berperan sebagai pelaku dari garis-garis yang telah ditentu-kan oleh Tuhan sejak zaman azali. Dalam faham Qadariyah takdir itu adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya, sejak azali, yaitu hukum yang oleh Al-Qur’an biasa di istilahkan dengan sunnatullah
Faham yang diajukan oleh kelompok ini bukan hanya berdasarkan rasionalitas pemikiran saja akan tetapi ada nash-nash Al-Qur’an yang dijadikan sebagai penopang akan pendapatnya, diantarnya adalah:
فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر ....................... (الكهف:٢٩)
Artinya:
“……… Maka barang siapa yang mau berimanlah dia, dan barang siapa yang ingin kafir, biarkanlah ia kafir (Al-Kahfi: 29)
Terlihat jelas dalam ayat ini menurut mereka bahwa Tuhan memberikan kebebasan kepada sekalian manusia untuk menentukan apakah ia mau beriman atau malah sebaliknya, hal ini menunjukkan bahwa manusialah yang menentukan arah hidupnya sendiri bukan Tuhan dalam ayat yang lain disebutkan

إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم ............. (الرعد: ۱۱)
Artinya:
“sesungguhnya Allah tiada akan merubah keadaan satu bangsa, kecuali jika mereka mengubah keadaan mereka sendiri………” (Al-Ra’du: 11)
Lihatlah dan perhatikan ayat ini! dimana menurut mereka. “Tuhan tidak kuasa dan bisa merubah nasib manusia kecuali kalau mereka sendiri yang merubahnya, kekuasaan Tuhan dalam soal ini tidak ada lagi, karena kekuasaan itu sudah diberikan secara penuh kepada manusia ayat berikut ini pun dijadikan sebagai pijakan berfikir mereka
ومن يعمل سوءا أو يظلم نفسه ثم يستغفرالله يجدالله غفورارحيما ومن يكسب إثما فإنما يكسبه على نفسه............. (ألنساء: ۱۱۱-۱۱۰)
Artinya:
“Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan atau menganiaya dirinya sendiri, kemudian ia meminta ampun kepada tuhan, niscaya akan diperolehnya, bahwasanya Tuhan itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang ¬, dan barang saiapa melakukan suatu dosa, maka sesungguhnya ia melakukannya untuk merugikan dirinya sendiri……… “(An-Nisa’: 110-111)
Dalam ayat ini, kata mereka, bahwa manusia sendirilah yang membuat dosanya, bukan Tuhan, kalau Tuhan yang membuat dosa hamba-Nya tentulah Ia menganiaya hamba-Nya, dan ini mustahil karena sampai kapan pun Tuhan tidak mungkin bersifat aniaya . Perhatikan juga ayat berikut!
إنا هديناه السبيل إما شاكرا أو كفورا...... (الدهر:۳)
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menunjukkan jalan kepadanya, ada kalanya ia menjadi orang yang bersyukur dan adakalanya ia menjadi orang yang kufur (Ad-Dahr: 3)
Ayat ini menjelaskan bahwa kafir atau syukur semuanya manusia yang berbuat Tuhan tidak ada sangkut pautnya sedikit pun akan semua itu . Dan ayat terakhir ini pun demikian juga
أو لما أ صابتكم مصيبة قد أصبتم مثليها قلتم أنى هذا صلى قل هو من عند أنفسكم .... (ألـ عمران: ١٦٥)
Artinya:
“Adakah patut, ketika kamu ditimpa musibah (pada Perang Uhud), padahal telah mendapat kemengan dua kali (pada Perang Badar) lalu kamu berkata: “dari manakah datangnya musibah itu?” katakanlah, “sebabnya adalah dari kamu sendiri” Ali-Imran: 165)

Terkait ayat ini pun mereka berargumen, bahwa kekalahan kaum muslimin pada waktu peperangan Uhud itu semua diakibatkan oleh kelalaian dan kedurhakaan pasukan panah terhadap perintah Rasulullah saw., dimana mereka diperintahkan agar tidak meninggalkan tempat mereka walau apa pun yang terjadi, tapi karena tergiur akan harta rampasan perang mereka meninggalkan tempat mereka, hingga akhirnya pasukan musuh memporak-porandakan pasukan muslim pada waktu itu. hal ini pun menunjuk-kan bahwa kesalahan pada waktu itu sepenuhnya berada ditangan kaum muslimin (pasukan panah) tidak ada sangkut pautnya dengan Tuhan
Demikianlah sekelumit tentang faham yang dicetuskan oleh kelompok Qadariyah benar atau salahnya Tuhan jualah yang tahu.

C. Analisis Kritis Terhadap Doktrin-Doktrin Qadariyah
Sebagaimana telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, tentang faham-faham yang telah dihasilkan dari proses berfikir golongan ini, penulis rasa ada penting-nya apabila menelaah faham tersebut guna memastikan apakah memang betul bahwa aliran ini salah atau malah sebalkinya? Namun uraian dibawah ini bukanlah bisa di katakan benar, karena kemampuan orang jelas berbeda.

Sebelum lebih lanjut dibicarakan tentang hal ini, baiknya kita kilas balik terlebih dahulu pada tahun dimana golongan ini muncul, saat munculnya aliran ini, tak urung menimbulkan tantangan keras dari masyarakat Arab pada waktu itu, ada beberapa alasan mengapa aliran ini begitu ditentang oleh bangsa Arab pada waktu itu:

Pertama, bangsa Arab sebelum masuknya Islam adalah satu bangsa yang hidup sangat sederhana dan jauh dari ilmu pengetahuan, mereka selalu terpaksa mengalah pada ganasnya alam, panas yang menyengat, serta tanah dan gunungnya yang gundul, mereka merasa dirinya lemah dan tak mampu menghadapi kesukaran hidup yang ditimbulkan oleh alam sekelilingnya, yang kemudian faham ini dikenal dengan istilah Fatalisme (kepercayaan bahwa nasib menguasai segala-galanya) dan faham ini terus mereka pertahankan kendatipun mereka sudah memeluk agama islam, oleh karena itu ketika faham Qadariyah dikembangkan, mereka tidak dapat menerimanya karena dianggap bertentangan dengan doktrin Islam.

Kedua, kalangan pemerintah yang notabene penganut faham Jabariyah juga menentang mati-matian akan berkembangnya faham semacam ini, hal ini kemungkinan disebabkan ketakutan pemerintah pada saat itu pada aliran ini, mereka khawatir hadirnya faham ini akan mengerogoti kekuasaan mereka karena faham ini dianggap sesuai dengan dinamisasi dan daya kritis kebanyakan rakyat, yang pada gilirannya nanti rakyat akan menentang kebijakan-kebijakan pemerintah bahkan tidak menutup kemungkinan akan mampu menggulingkan kekuasaan mereka.

Berkaiatan dengan pemahaman Qadariyah tentang hubungan manusia dengan tuhannya (dalam hal ini yang dimaksud adalah Takdir) timbul berbagai macam pertanyaan, seperti: jika memang manusia yang menciptakan perbuatannya sendiri lalu daya yang ia gunakan itu milik siapa dan siapa yang membuatnya? Kalau mungkin dijawab bahwa itu juga milik dan diciptakan oleh manusia, maka akan timbul pertanyaan lain, Apakah manusia sendiri yang mewujudkan perbuatannya ataukah daya Tuhan turut mempunyai bagian dalam mewujudkan perbuatan itu?

Jawaban untuk itu dapat diperoleh ketika seseorang mau berfikir keras tentang sifat kekuasaan dan kehendak Tuhan, dan bahwa Pencipta alam ini hanya satu yaitu Tuhan, jika tetap beranggapan bahwa segala tindak tanduk manusia diciptakan sendiri, berarti ada ribuan pencipta dipermukaan bumi ini, berarti semuanya adalah Tuhan.
Faham ini pun seakan menunjukkan bahwa tuhan itu hanyalah dzat yang mau terima jadinya, tidak menentukan, tidak memeberikan kerangka, atau setidak-setidaknya mengetahui apa yang akan dikerjakan oleh makhluk ciptaanya, Tuhan itu berarti pasif dan tidak mau tahu akan urusan makhluknya, jika demikian untuk apa Dia jadi Tuhan apabila tahunya hanya memberikan siksa dan pahala?

Ada dua metode untuk memahami pola hubungan kekuasaan Tuhan dengan perbuatan manusia
1. Pemahaman secara Syar’ie
Kekuasaan Tuhan adalah mutlak atas semua yang dialami makhluk, termasuk perbuatan manusia. Dia berkehendak dan berbuat secara mutlak, maka tidak ada sesuatu apapun yang terjadi pada manusia muncul dari kekuatan manusia sendiri, Malainkan hanya dengan kehendak dan kekuasaan-Nya.

Dengan demikian segala pekerjaan manusia tidak diciptakan oleh manusia sendiri, melainkan diciptakan oleh Tuhan, sedangkan bersamaan dengan wujud perbuatan itu manusia memilki andil yang biasa disebut dengan kasab (usaha).

Sehubungan dengan hal ini maka keadilan Tuhan adalah apa yang dikehendaki dan diperbuat-Nya Dia menghukum masuk neraka dan memberi pahala masuk surga bukanlah dari daya upaya manusia akan tetapi mutlak sesuai dengan yang Ia kehendaki, akan tetapi tidak mungkin juga Allah dengan sembarangan menyiksa dan memberi pahala kepada makhluknya dengan tanpa alasan, itu namanya Tuhan ngaur, sembrono dan lain sebaginya padahal semua itu tidak mungkin dimilki oleh Tuhan.

Kenapa Allah dikatakan adil dalam hal ini? Karena semua makhluk yang berpijak baik dibumi, laut, langit dan diantarnya adalah semuanya milik Tuhan, jadi apakah dapat disalahkan ketika seseorang menginfakkan harta miliknya sendiri? Tuhan pun demikian, Ia tidak akan dikatakan dzalim dengan apa yang telah di-perbuat untuk makhluk-Nya, karena semuanya adalah milik-Nya.
Penjelasan tentang kekuasaan Allah akan segala tindak tanduk manusia di-perkuat dengan satu ayat:
وما تشاءون إلا أن يشاء الله رب العالمين (التكوير:٢٩)
Artinya:
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-Takwir:29)
2. Pemahaman secara Haqiqi
Tuhan adalah Dzat Yang Maha Berkehendak lagi Maha Kuasa atas semua ciptaan-Nya, pengatur atas segala apa yang Ia ciptakan. Manusia dan perbuatannya adalah termasuk dari sekian ciptaan-Nya.

Dalam kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan, tidak berlaku sedikit-banyak, kecil-besar, baik-buruk, manfaat-bahaya, iman-kufur, bertambah-berkurang, menang-kalah, taat-maksiat, atau ingkar-setia, maka apa pun yang dikehendaki-Nya semua atas kehendak-Nya, atas kekuasaan mutlak-Nya pasti akan terjadi, dan apapun yang tidak dikendaki-Nya atas kekuasaan mutlak-Nya pasti tidak akan terjadi.

Berkaitan erat dengan kehendak dan kekuasaan mutlak oleh Allah, maka manusia hanya tercipta atas kehendak dan kekuasaan mutlak-Nya. Manusia hanya berbuat atas kehendak dan kekuasaan mutlak-Nya, tidak bisa lebih atau kurang. Perbuatan manusia itu istilahnya مقدوربين قدرين(kemampuan diantara dua kemampuan). Tuhan menciptakan daya atau gerak pada diri manusia untuk melaku-kan suatu perbuatan hal ini disebut dengan satu kemampuan (قدر) sedangkan kekuasaan yang ada pada diri manusia disebut usaha (كسب) manusia, oleh karena itu perbuatan manusia terwujud atas dua kemampuan, yakni atas daya ciptaan Tuhan dan usaha ciptaan manusia, walaupun sebenarnya usaha (كسب) manusia itu hakikatnya adalah ciptaan Tuhan.

Sebenarnya sebelum alasan-alasan rasional tadi muncul kepermukaan Al-Qur’an telah terlebih dulu menentang faham semacam ini, seperti ayat-ayat berikut:
والله خلقكم وما تعملون (ألصافات: ۹٦)
Artinya:
“Dan Allah yang menjadikan kamu dan apa-apa yang kamu kerjakan” (Al-shaffat: 96)
Secara ekspelisit Al-Qur’an telah memberikan informasi bahwa manusia dan semua yang dikerjakannya diciptakan oleh Allah
أينماتكونوا يدرككم الموت ولوكنتم في بروج مسيدة قلى وإن تصبهم حسنة يقولوا هذا من عندالله وإن تصبهم سيئة يقولوا هذه من عندك قل كل من عندالله فمالهؤلاء القوم لا يكادون يفقهون حديثا (النساء: ٧٨)
Artinya:
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)." Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?”

Dalam ayat ini pun Terlihat jelas bahwa semuanya, baik dan buruk adalah murni ciptaan Allah, tidak ada sangkut pautnya dengan manusia
ولا ينفعكم نصحي إن أردت أن أنصح لكم إن كان الله يريد أن يغويكم هو ربكم وإليه ترجعون (هود:۳۴)
Artinya:
“Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan." (Huud: 34)

Dalam ayat ini dikabarkan dengan jelas bahwa ketika Tuhan menghendaki sesuatu, maka hal itu pasti akan terjadi sekuat apapun usaha yang dilakukan manusia, akan tetapi tetap saja tidak kan mampu merubah ketetapan Allah. Orang yang memberi nasehat kepada orang lain agar supaya ia iman kepada Tuhannya, itu tidak akan berpengaruh pada ketetapan Tuhan bahwa orang itu telah ditentukan untuk menjadi sesat.
ماأصاب من مصيبة في الأرض ولا في أنفسكم إلا في كتاب من قبل أن نبرأها إن ذالك على الله يسير (ألحديد:۲٢)
Artinya:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Al-Hadiid: 22)
Dalam ayat ini secara jelas Allah memberikan informasi bahwa, semua yang terjadi pada diri setiap manusia sudah ditentukan sejak zaman azali. Dan masih banyak lagi ayat serupa yang menjelaskan tentang hal ini.

Jadi dapat disimpulkan bahwa faham yang diusung oleh kelompok Qadariyah ini jelas bertentangan dengan syari’at walaupun mereka berargumen dengan menggunakan dali-dli syari’at pula, benar atau salahnya hanya Allah yang tahu, namun yang perlu diperhatikan adalah ketika faham ini diyakini dan dilakukan oleh manusia, ada manfaat yang bisa diambil dari itu semua, yaitu: terbukanya pengetahuan-pengetahuan baru karena manusia diberi kebebasan berfikir dan berbuat sesuai dengan apa yang ia kehendaki, sedangkan ketika faham jabariyah (faham sebaliknya) yang digunakan, maka tidak adanya semangat untuk lebih maju lagi, karena semua beranggapan, “usaha bagaimanapun tokh Tuhan yang menentukan” jadi manusia akan sulit mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka.

Asumsi penulis mungkin tidak benar ketika pendapat kaum Qadariyah ini disalahkan sepenuhnya, karena ketika manusia dipasung dari sifat kebebasan berkreasi dan berkarya yang memang sudah menjadi fitrahnya, maka mana mungkin tugas besar yang diamantkan kepada manusia dapat terlaksana secara sempurna, intinya, semua yang ada dipermukaan bumi ini memang benar Tuhan yang menciptakan akan tetapi manusia diberi kebebasan untuk mengelola apa yang telah diberikan kepadanya, agar ia mampu menjalankan tugas mulya dari Penciptanya, kebebasan itulah yang biasa disebut dengan usaha (kasb)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada tahun 70 hijriyah muncul golongan yang banyak menentang kebijakan-kebijakan pemerintah dan doktrin yang berlaku pada waktu itu, kelompok ini menentang pendapat yang menyatakan bahwa segala pekerjaan dan tindak tanduk manusia semuanya bergantung pada takdir, mereka berpendapat bahwa tuhan tidak tahu menahu tentang apa yang dikerjakan oleh makhluknya, semuanya tergantung pada manusia sendiri.

Faham ini pertama kali disebar-luaskan oleh Ma’bad al-Juhani dan Ghailan ad Dimasyqi, keduanya diyakini mendapatkan faham ini dari seorang Kristen yang masuk Islam bernama Susan, namun pendapat ini oleh sebagian ulama’ ditentang karena dianggap hanya sebuah rekayasa dari orang-orang yang keberatan dengan faham ini.
Faham ini jelas sekali mempunyai pijakan berfikir yang jelas, namun demikian tidak sedikit pijakan-pijakan lain yang menentang faham ini, jadi dengan demikian faham ini tidak bisa disalahkan pun tidak bisa dibenarkan, akan tetapi sebenarnya faham ini bisa kolaborasikan dengan pemahaman yang menentang faham ini (Jabariyah) yaitu semuanya memang Tuhan yang menetukan akan tetapi manusia juga memilki andil dalam perbuatannya yaitu usaha.

B. Saran-Saran
1. Hendaknya dalam menyikapi pemikiran ini kita harus menelaah nash-nash yang berhubungan dengannya agar bisa menentukan langkah yang benar.
2. Berhati-hatilah dalam menyikapi satu pendapat yang bertolak belakang dengan pemahaman kita, karena tidak mudah menentukan penadapat yang benar dan pendapat yang salah.
DAFTAR PUSTAKA
 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an & Terjemahnya, PT. Tanjung Mas Inti, Semarang, 1992
 http \www.wisdoms4all.com » Membincang Takdir Manusia [1].mht
 http://id.wikipedia.org/wiki/Qada
 Luice Ma’luf Al-Yusui’i, al-Munjid, Al-Khatatahulukiyah, Beirut, 1945.
 Rosihon Anwar, Drs, M.Ag., & Abdul Rozak, Drs., M.Ag., Ilmu Kalam, Pusataka Setia, Bandung 2001
 Sirajuddin Abbas, K.H., I’tiqad Ahlussunah wal-jama’ah, Pustaka Tarbiyah Baru, Jakarta, 2008.
 Syahrastani, Al-Syaikh, Al-‘Allamah, Al-Milal wa An-Niha, Dzar Al-Fikr, Beirut, Vol. I, tt.
 Yusran Asmun, Drs., Pengantar Studi Sejarah kebudayaan dan Pemikiran Islam, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 1996.
 Harun Nasution, Teologi Islam “Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press Jakrata 2002.
 Muhammad Asnawi Ridwan, Membela Sunni, Pustaka Amanah Grafika, Kendal, 2008.